Breaking News

Kamis, 30 April 2015

ANIES BAWESDAN : PASTIKAN UN JUJUR, KEJUJURAN ITU MAHAL

Anies Bawesdan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) didampingi Dadang Sudaryanto (Sekretaris Balitbang) dan Nizam (kepala Puspendik) menyimak masukan-masukan dari peserta rakor panitia penyelenggara UN tingkat pusat tahun 2015
BSNP–Jakarta Anies Bawesdan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan beberapa pesan dan arahan kepada Panitai Ujian Nasional (UN) Tingkat Pusat dalam acara rapat koordinasi yang dilaksanakan di ruang pertemuan Gedung A Kemdikbud, Rabu (8/4/2015).

Mengawali arahannya, Anies Bawesdan menjelaskan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan UN tahun 2014.

“Sebagaimana kita ketahui, ada beberapa perubahan dalam pelaksanaan UN 2015. Kita ingin motif siswa dalam  belajar mengalami perubahan, dari menghindari kegagalan menuju maraih prestasi. Dulu belajar keras karena takut tidak lulus, sekarang karena ingin meraih prestasi”, ucapnya.

Dengan diserahkan penentuan kelulusan siswa kepada satuan pendidikan,  tambah Anies, ritual keagamaan dalam bentuk istighatsah  berkurang, namun demikian semoga doa mereka tidak berkurang. Jika para siswa belajar dengan baik dan berdoa dengan rajin, hasilnya akan baik.

Pesan terpenting dari arahan Anies Bawesdan adalah kejujuran dalam pelaksanaan UN. Anies mengharapkan kejujuran dalam pelaksanaan UN diutamakan. Peserta didik jujur dalam menjawab soal UN dan panitia  juga jujur dalam melaksanakannya.

“Peran panitia sangat mendasar dan penting untuk memastikan UN dilaksanakan dengan jujur. Kejujuran itu mahal. Apa artinya jika ada siswa meraih prestasi yang bagus, tetapi dicapai dengan kecurangan. Bisa jadi perilaku curang tersebut tidak terdeteksi oleh panitia UN, tetapi siswa tersebut tidak pernah akan lupa dalam hidupnya bahwa ia pernah melakukan kecurangan.  Sampaikan kepada murid-murid bahwa jujur itu keren. Jujur itu bagus. Dan, jujur itu mahal”, pesan Anies yang saat itu memakai batik lengan panjang paduan antara warna coklat dan merah.

Terkait dengan kejujuran, tambah Anies, kita harus promosikan indeks integritas. Kita akan mengeluarkan sekolah yang indeks kejujurannya tinggi, bukan indeks kecurangannya tinggi. Dalam hidup ini makin hari, kita harus mengawasi diri sendiri. Begitu kita punya gadget, kontrol ada pada diri sendiri. Selama mengandalkan eksternal kontrol, kita sulit melakukan perubahan. Bila ada 100 sekolah memilih melakukan pencontekan (kecurangan), kemudian indeks  integritas keluar, maka rasa malu harus ditanggung seluruh warga sekoah, mulai dari guru, siswa, kepala sekolah dan orang tua. Memang anak tidak akan menerima lembar integritas, tetapi indeks integritas ini menjadi referensi penting bagi orang tua.  Orang tua tentu akan memasukkan anaknnya ke sekolah yang memiliki indeks integritas tinggi, bukan sebaliknya ke sekolah yang indeks integritasnya rendah.


Anies juga menyampaikan bahwa belum lama ini, ia menerima kunjungan Menteri Pendidikan Malaysia, yang salah satu agendanya adalah membahas hasil UN.  Kita memerlukan komitmen dari Malaysia untuk mengakui hasil UN. Kita punya indeks integritas. UN bukan yang sakral, tapi tetap jujur. Kita bisa melakukan intervensi perilaku kepada sekolah, guru, orang tua dan siswa, berdasarkan analisis indeks integritas. (BS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By